Bahasa Daerah

Sugeng Injing......


Hai semuah, Selamat Pagi !

Gimana hari ini?

Gw yakin ada yang sibuk ke kantor, sekolah, ke sawah barangkali, yah semua orang punya kesibukan masing-masing. Tapi tetep dong walaupun sibuk kita harus menjaga kesehatan kita. Kalo gak sehat gimana mau beraktivitas? Ya kan? Yasudlah semua...

Hari ini gw mau ngebahas tentang bahasa daerah. Iya bahasa daerah, bukan bahasa asing. Gw sengaja bikin postingan ini karna gw merasa miris banget dengan eksistensi bahasa daerah kita. Setiap daerah pasti dong punya bahasa daerah yang khas masing-masing. Beda daerah, jelas beda bahasa, beda dialek. Jangankan beda pulau, masih satu pulau jawa aja loh bahasanya macem-macem. Ada sunda, jawa, betawi, osing dan lain sebagainya. Bahkan bahasa jawa aja ada macem-macem, kaya bahasa jawa banyumasan (ngapak), bahasa jawa pantura, bahasa jawa solo, jogja, jawa timur, macem-macem lah pokoknya.

Semuanya itu memperkaya khasanah budaya di tanah air. Tapi, berdasarkan pengamatan gw, ntah 10 atau 20 tahun lagi akan banyak bahasa daerah kita yang punah ! Iya punah alias hilang dari muka bumi ini. Gimana enggak yah, sekarang banyak sekali orang-orang yang lebih memilih berbahasa Indonesia dengan anaknya. Gw yang kalo pas lagi mudik ke kampung halaman suka heran, karena banyak banget anak-anak jaman sekarang yang berbahasa Indonesia dengan teman-temannya?

Bukan, gw bukannya mau mengkambing-hitamkan Bahasa Indonesia sebagai penyebab punahnya bahasa daerah. Semua bahasa itu baik, apalagi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tapi melihat banyaknya anak kecil yang sekarang berbahasa Indonesia, gw jadi takut lama-lama bahasa daerah akan punah satu-persatu. Ya gimana gak punah yah, masa sampai ke kampung-kampung, anak-anak jaman sekarang kalo ngomong sama temennya pakenya Bahasa Indonesia, bukan pakai bahasa daerah.Yang lebih ngenes pas gw tanya mereka pakai bahasa daerah, banyak banget yang menjawab dengan Bahasa Indonesia. Mereka mudeng, tapi mereka enggan menggunakan Bahasa Indonesia karena kayanya mereka enggak terbiasa.

Lu bayangin aja, semua anak kecil sekarang pakai Bahasa Indonesia, gimana gak punah coba?. Sebenernya gw gak tau ya, apa yang melatarbelakangi orang tua jaman sekarang lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di keluarganya. Sah-sah aja sih mereka memilih kaya gitu, tapi sadarkah anda wahai para orang tua, tanpa anda sadari anda ikut berperan dalam kepunahan bahasa daerah. Kalau menurut penuturan tetangga gw, dia memilih berbahasa Indonesia sama anaknya dikarenakan semua tetangganya berbahasa Indonesia sama anaknya. Lagi pula ada yang malu menggunakan bahasa daerah (dalam hal ini Bahasa Jawa Ngapak) karena logatnya yang lucu sering di tertawakan orang. Sumpah gw sedih banget kalau ada yang berpikiran kaya gitu. Karena mempertahankan bahasa daerah itu penting, sebagai wujud budaya. Apalagi yang hidup di Indonesia, ngapain lu pada khawatir anak lu gak bisa Bahasa Indonesia? Kan bahasa pengantar di sekolah pakainya Bahasa Indonesia. Dulu kalau di rumah, keluarga gw membiasakan berbicara menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil sebagai bahasa pengantar di keluarga. Kalau main sama temen-temen gw, langsung gw ngomong pakai bahasa ngapak sebagai bahasa pengantar. Nyatanya walaupun gw jarang banget ngomong Bahasa Indonesia di rumah atau pas main sama temen-temen gw, gw tetep bisa tuh Bahasa Indonesia. Kita bisa karena kita biasa, dan gw percaya itu.

Tapi beda cerita kalau bahasa daerah. Kalau kita sendiri tidak membiasakan berbahasa daerah dengan anak-anak kita, ya sampai kapan pun mereka gak akan bisa. Mereka mudeng, tapi gak bisa menimpali dengan bahasa yang sama. Kalau orang tuanya beda etnis sih mungkin gw maklumin yah. Lah ini, sesama orang jawa, dua-duanya bisa Bahasa Jawa, tapi kenapa mereka lebih memilih berbahasa Indonesia?

Memang sih dunia sekarang mengalami pergeseran. Segala sesuatu yang berbau kepraktisan akan dipakai oleh masyarakat. Termasuk bahasapun demikian. Bahasa Indonesia memang praktis dikarenakan tidak adanya tingkatan dalam penggunaan, sehingga banyak masyarakat yang mungkin memilih berbahasa Indonesia daripada berbahasa daerah. Apalagi bahasa-bahasa daerah yang punya karakter unik semacam Bahasa Jawa Banyumasan atau yang lebih dikenal Bahasa Ngapak. Karna logatnya yang lucu sering banget jadi bahan lelucon entah di televisi ataupun di kehidupan sehari-hari. Karna sering jadi bahan celaan, gw liat sekarang banyak banget yang lebih memilih berbahasa Indonesia dibandingkan berbahasa ngapak karena gak mau di pandang rendah oleh orang-orang.

Tapi, tahukah kalian kalau Bahasa Ngapak itu adalah salah satu BAHASA TERTUA DI DUNIA yang masih eksis sampai sekarang? Bahasa Ngapak adalah TURUNAN ASLI dari Bahasa Sansekerta dan Bahasa Ngapak adalah INDUK dari segala BAHASA JAWA. Gak percaya?

Sekarang gw tanya, apakah motto negara kita??

Bhinneka Tunggal Ika bang......

Nah tuh, lo liat deh motto negara kita, 'Bhinneka Tunggal Ika', semuanya berkonsonan a-a-a. Dalam Bahasa Sansekerta, konsonan yang berlaku adalah berlogat a-a-a. Sama seperti Bahasa Ngapak, dalam bahasa daerah tersebut konsonannya pasti a-a-a, gak ada yang berkonsonan o-o-o macam bahasa orang-orang Solo. Huruf 'o' dipakai apabila memang huruf itu konsonannya memakai huruf 'o'. Akan tetapi kalau konsonannya memakai huruf 'a' ya tetap dibaca 'a', gak jadi 'o' semacam ucapan orang Solo. Jadi orang Banyumasan akan mengatakan 'nasi' dalam bahasa daerah ya 'sega', bukan 'sego' seperti orang jawa kebanyakan. Karna memang dalam penulisannya yang benar ya 'sega', tapi dalam pengucapan orang jawa di baca 'o' untuk huruf konsonan terakhir.

Masih belum percaya juga??

Oke, mari kita lanjutkan....

Dahulu, Bahasa Sansekerta digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan dikarenakan karena kepraktisannya. Bahasa Sansekerta tidak mempunyai tingkatan sehingga mudah digunakan semua kalangan. Sama juga dengan Bahasa Ngapak. Sebagai bahasa turunan dari Bahasa Sansekerta, Bahasa Ngapak yang asli tidak mempunyai tingkatan semacam Bahasa Jawa yang kita tau sekarang. Jadi antara anak dengan orang tua semuanya berbicara dalam tingkatan bahasa yang sama seperti layaknya Bahasa Indonesia. Mungkin bagi orang jawa, terdengar saru karena anak berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa ngoko, tapi itulah bahasa ngapak yang asli. Dia tidak punya tingkatan dalam penggunaan baik dengan orang yang lebih muda atau dengan orang yang lebih tua, baik yang pangkatnya tinggi ataupun pangkatnya rendah. Beda dengan Bahasa Jawa Jogja atau Solo. Mereka punya tingkatan macam ngoko, madhya ataupun kromo. Beda lawan bicara beda penggunaan bahasanya. Beda pangkat lawan bicara beda lagi penggunaanya. Dan sadarkah kalian, sebenernya bahasa jawa yang bertingkat-tingkat tersebut dibuat 'sengaja' untuk menjajah daerah lain. Orang yang menguasai Boso Kromo dianggap orang yang luhur, punya pangkat tinggi. Sedangkan orang yang tidak bisa berbahasa Kromo semacam Bahasa Ngapak dianggap sebagai masyarakat kasta rendah alias jelata. Tentu saja rakyat Banyumasan dianggap kasta rendah, dikarenakan Bahasa Ngapak dimasukkan sebagai kasta Bahasa Ngoko alias bahasa rakyat jelata.

Jadi saran dari gw buat lo semua, kalo ada orang jawa yang berbahasa ngapak, atau mungkin logat jawanya seperti logat Jawa Banyumasan, meskipun terdengar lucu di telinga kalian, saran gw adalah...


Boleh tertawa, tapi JANGAN menertawakan !


Paham kan kalian maksud gw?        

Karena dengan menertawakan, kalian akan membuat orang yang berbahasa ngapak itu tadi jadi minder, sehingga mereka lebih memilih berbahasa Indonesia ketimbang bahasa daerah. Dengan semakin sedikitnya orang yang berbahasa ngapak, berarti kalian ikut BERTANGGUNGJAWAB dengan kepunahan bahasa daerah tersebut. Ini juga berlaku untuk bahasa daerah lain. Walaupun terdengar lucu di telinga kalian, tolong jangan tertawakan mereka. Biarkan mereka berbicara dengan bahasa daerah mereka, sehingga keeksisan bahasa daerah tersebut akan tetap terjaga.

Duh kalian paham yah postingan kali ini? 

Duh berat banget bang bahasannya....

Gak papa, sekali-kali gw buat postingan yang gak koplak. Kali-kali aja tulisan gw bisa jadi sumbangsih buat negara tercinta kita #tsahhh

Oke, bye....  

Gambar: bahasakita 

Post a Comment

2 Comments

Cieeehhhhh yang abis baca blog gue sambil ketawa-ketawa, kasih komentarnya dong sayy....